Telemedicine Startup di Indonesia — Welcome to the Jungle
Tentunya anda semua mengenal Halodoc, Alodokter, atau Klikdokter yang telah hadir di dunia Internet Indonesia. Pasien mulai merasakan keberadaan mereka semakin lama semakin memudahkan dalam pengiriman resep sehingga tidak perlu menunggu lebih lama, tidak kena macet di jalanan. Hanya sayang mereka lupa beberapa hal sebagai berikut.

Bahwa hampir semua aplikasi kesehatan ini adalah di support oleh pabrik-pabrik obat, misalnya
- Klikdokter disupport oleh Kalbe Farma (lihat artikel Warta Ekonomi)
- Halodoc disupport oleh Mensa Group (lihat artikel Bisnis.com)
- Alodokter disupport oleh Apotik Century yang dimiliki oleh Pharos Indonesia (lihat artikel Katadata)
Apakah artinya, bahwa pabrik-pabrik obat semakin menguasai distribusi obat tanpa perlu adanya kontrol dari apoteker? Bagaimana pasien tahu apakah obat tersebut tepat jika tanpa melalui apotek resmi atau adanya konsultasi dengan apoteker? Bagaimana pasien bisa tahu apakah ada alternativ obat yang lebih murah yang berkhasiat yang sama?
Jadi segala sesuatu yang mudah dan cepat belum berarti bahwa benar dan tepat solusinya. Apalagi hal ini menyangkut kesehatan masyarakat. Dengan adanya shortcut ini dimana aplikasi ini memotong fungsi apotek dan apotekernya dimana penting mengontrol apakah obat obatan yang diberikan dokter adalah tepat dosisnya dan fungsinya. Jadi aplikasi ini hanya menguntungkan pihak produsen obat dan membuat konsumen kesehatan tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti keinginan aplikasi atau produsen obat.
Selain itu chat dengan dokter dari para aplikasi itu kebanyakan sifatnya umum dan diskusi gratis dengan para dokter yang verifikasinya masih perlu dipertanyakan. Bagaimana kredibilitas para dokter-dokter dengan jam terbang baru dan apakah pasien hanya menjadi alat MVP (Minimum Viable Product) dari para startup-startup ini?
Tentunya ini adalah salah satu tugas dari Kementerian Kesehatan baru yang dipimpin oleh innovator seperti Dokter Terawan Agus Putranto yang ahli mencuci otak, semoga kali ini tidak tercuci otak oleh para innovator startup kesehatan. Semoga startup-startup dibidang kesehatan di Indonesia bukan menjadi “Welcome to the Jungle” dan merugikan kesehatan pasien-pasien di Indonesia.
Author: Ir. Alexander Epifanijanto MBA — With his background in mechanical engineering, he worked for several years in marketing and business development with large MNC’s such as Black&Decker and Schlumberger, European Commission in Brussels, and now actively involved in Switzerland Acceleration Program (AETP) in ASEAN for mentoring startups.